Terima kasih kepada pengunjung blog ini. Anda bebas mengcopy dan membagikan artikel di dalam blog ini. Tapi hanya ada satu pesan penulis untuk anda, Jangan lupa mencantumkan link artikel yang anda copy atau bagikan, karena itu merupakan apresiasi kepada penulis blog ini. Terima kasih.

Tahap Awal Republik China

Yuan Shih-K’ai
    Meletusnya revolusi pada tahun 1911 mengejutkan pemimpin dari liga Revolusioner. Sun Yat Sen tergesa-gesa ke kota Nankin dan ke ibu kota lama dari Dinasti Ming. Shih-K’ai mulai berubding dengan Nankindan dapat meyakinkan penasihat dari kaisar Hsuan-t’ung yang belum dewasa bahwa satu-satunya jalan keluar adalah turun tahta dengan pengumumuman khidmat pada 12 Februari 1912. Dinasti Ch’ing melepaskan kekuasaan dan Yuan Shih-K’ai diberi wewenang untuk “mendirikan sebuah Republik”.
    Golongan revolusioner mendukung Yuan Shih-K’ai yang dengan demikian menjadi presiden pertama dari republik, dia menjajikan pelaksanaan sistem demokrasi parlementer, tetapi Cina tidak siap.
    Setelah mengakui kemerdekaan Mongolia dan Tibet ketika dinasti Ch’ing jatuh, Shih-K’ai berhasil memperoleh pengakuan dari resimnya oleh negara besar. Jepang paling lambat mengakuinya, karena bagi kepentingan Jepang lebih baik apabila Cina tetap pecah dan lemah.
    Setelah parta Yuan Shih-K’ai ( KMT ) menang dalam pemilu tahun 1913 Republik yang muda berubah menjadi kekuatan militer. Pada tahun 1915 Shih-K’ai berusaha mengangkat diri menjadi kaisar, tetapi keadaan sudah berubah. Usaha ini ditentang keras, juga oleh para panglima daerah yang diangkat oleh Shih-K’ai sebagai Gubernur Provinsi. Dan pada tahun 1916 Yuan Shih K’ai harus melepaskan niatnya menjadi kaisar dan pada tahun yang sama dia meninggal.

Gembong Perang

    Pada masa timbul kekosongan kekuasaan yang telah ditakuti pada tahun 1911-1912. Penguasa militer di propinsi mulai saling berperang dalam koalisi yang terus menerus berubah selama periode 1916-1926 yang disebut dasawarsa “ Gembong Perang “. Sebuah pemerintah nasional tetap ada, tetapi pemerintah dikuasai oleh kelompok militer yang selalu berubah dan hanya memiliki kekuatan nominal.

Politik Luar Negeri
    Akibat perang dunia I meletus di Eropa, Jepang bebas bertindak di Asia. Kemudian Jepang menyatakan perang terhadap Jerman, di sebuah daerah sewaan Jerman di propinsi Shantung. Jepang juga mengajukan 21 tuntutan kepada Cina yang hampir menjadikan Cina protektorat Jepang, jika dipenuhi. Tuntutan ini di bagi dalam 5 kelompok, yaitu :
1. Penyerahan hak-hak Jerman di Shantung
2. Pengakuan kepentingan khusus Jepang di Mancuria dan Mongolia  dalam
3. Pimpinan Jepang , dari satu-satunya industri berat di Cina, perusahaan Han Tai-Ping.
4. Janji untuk tidak menyerahkan kota pantai kepada negara lain
5. Pengangkatan ‘penasihat’ Jepang di segala bidang : pemerintahan, tentara, polisi dan lain-lain.
    Dalam pemaksaan Jepang terhadap Cina untuk memenuhi tuntutan yag semacam ultimatum tidak disetujui oleh Yuan Shih-K’ai dan adanya boikot anti-Jepang di semua kota. Sikap dari orang Cina yang mempunyai pengetahuan politik, warga kota dan golongan “Gentry” yang progresif, terhadap Jepang berubah secara radikal : tidak lagi menganggap sebagai agresor yang menimbulkan perlawanan dan nasionalisme.

Perang dunia dan Washington
    Setelah wafatnya Yuan Shih-K’ai, rezim gembong perang di Peking ingin mengambil alih dalam Perang Dunia pertama pihak Sekutu ( 1917 ). Hal ini menimbulkan meletusnya perang sipil yang pendek, dimana salah satu Jendral ingin mendirikan kembali Dinasti Ch’ing. Demonstrasi di Cina menyebabkan pemerintah Cina tidak menandatangani perjanjian perdamaian, sehingga dengan alasan itulah pemerintah Amerika Serikat tidak menandatangani perjanjian Versailles.
    Untuk menyelesaikan masalh Timur jauh, berbagai negara yang mempunyai kepentingan berkumpul di kawasan Woshington tahun 1921 untuk berkonfrensi. Hasil konfrensi tahun 1922, diputuskan mengenai Cina bahwa :
1. Jepang akan melepaskan haknya di Shantung, selanjutnya ditetapkan prinsip keutuhan teritorial dan kemerdekaan politik Cina.
2. Diputuskan untuk menyelenggarakan konfrensi lain guna mengatur otonomi bea dan cukai serta masalah ekstra-teroterialitas.
    Akibat dari perang dunia pertama yaitu persaingan Eropa di pasaran Cina hampir hilang, sedangkan Jepang tidak dapat mengisi kekosongan ekonomi karena gerakan anti Jepang yang mendorong berkembangnya industri Cina.
Gerakan Empat Mei
    Revolusi dari tahun 1911-1912 merupakan sebuah pergantungan penguasaan di puncak pemerintahan, yang diikuti kemerdekaan dan disintegrasi karena gerakan revolusioner muncul setelah itu.
    Sebagai titik tolak disiplin “Gerakan Empat Mei ( 1919 )”, Wu-Ssu yun-tung. Gerakan ini sebuah gerakan mahasiswa Universitas Peking melancarkan demonstrasi melawan ketentuan dari perjanjian Versailles. Demonstrasi Naionalis ini menyebabkan perkembangan disegala bidang yaitu, intelektual, budaya dan sosial.

1 comments:

Republik Artikel mengatakan...

Terima kasih atas artikelnya. Sangat bermanfaat

Posting Komentar

Ebook
GRATIS UNTUK ANDA
Silahkan masukkan data diri anda pada form
di bawah ini
Name:
Email:
"Cek Email anda, jika email konfirmasi tidak masuk ke inbox anda
silahkan cek di folder junk atau spam"
website
indonesiadalamsejarah.blogspot.com