Terima kasih kepada pengunjung blog ini. Anda bebas mengcopy dan membagikan artikel di dalam blog ini. Tapi hanya ada satu pesan penulis untuk anda, Jangan lupa mencantumkan link artikel yang anda copy atau bagikan, karena itu merupakan apresiasi kepada penulis blog ini. Terima kasih.

Perjanjian Pasca Merdeka

Setelah Indonesia mendapat konsesi dari Jepang untuk memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, belanda berusaha kembali untuk melakukan dekolonisasi terhadap Republik Indonesia. Belanda datng kembali ke Indonesia dengan membonceng kepada kapal-kapal sekutu. Belanda mengira Indonesia mudah dijajah kembali.

Namun perkiraan itu meleset, Indonesia lebih kuat daripada sebelumnya pada saat mereka jajah dulu. Itu dibuktikan dengan perjuangan rakyat bersama tokoh-tokoh perjuangan yang bersama-sama untuk menhan belanda agar tidak sampai masuk ke wilayah Indonesia. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang dilakukan rakyat Indonesia misalnya seperti pertempuran di Surabaya, Semarang, Ambarawa dan lain-lain.



Pada perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ada dua macam perjaungan yaitu perjuangan dalam bentuk fisik atau militer dan perjaungan dalam bentuk diplomasi. Dalam makalah ini kami berusaha untuk menjelaskan perjuangan Republik Indonesia dalam bentuk diplomasi. Pada waktu setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan sistem pemerintahannya berbentuk presidensiil, situasi politik indonesia terbagi tiga bentuk kekuatan yang saling berbeda pendapat yaitu Sukarno-Hatta, Sutan Syahrir dan Tan Malaka.

Sukarno mempunyai pendapat bahwa Indonesia harus terdiri pemerintahan yang memiliki satu partai politik saja, dengan alasan bahwa Indonesia harus bersatu dalam menyusun kekuatan dan tidak boleh terpecah belah oleh karena perbedaan partai. Oleh karena itu pada waktu PNI-lah yang diusulkan sebagai partai politik negara.
Sedangkan Sutan Syahrir mempunyai pendapat lain, yaitu bahwa suatu negara harus berbentuk parlementer karena suatu negara bila disusun secara partai tunggal yang disebutkan Sukarno akan berkonotasi pada pemerintahan totaliter. Oleh karena itu Ia mengusulkan hal demikian.

Lain halnya dengan Tan Malaka yang berpendapat bahwa negara yang merdeka adalah merdeka 100%. Dengan dipimpin oleh seorang yang pemimpin yang yang bukan kolaborator ( pernah bekerja sama dengan penjajah ).

Oleh karena itu setelah Sukarno mempertimbangkan pendapat diatas Sukarno memilih Sutan Syahrir untuk menjadi formatur dalam kabinet pemerintahan Indonesia yang kemudian Syahrir terpilih menjadi perdana menteri dalam kabinetnya yang bernama Kabinet Syahrir I. Dalam membentuk dan menjalankan roda pemerintahan Syahrir berhasil dalam kabinetnya. Sehingga ia tiga kali menjadi Perdana Menteri.

Dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dalam bentuk diplomatis syahrir berusaha untuk memperjuangkan dengan cara berunding yaitu melakukan perundingan-perundingan dengan pihak belanda. Karena ia sadar bahwa tidaklah mudah dalam mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah Belanda dengan jalur militer atau dengan berperang. Oleh karena itu ia melakukan perundingan yang diantaranya adalah perjanjian Lingajati, perjanjian Renville, persetujuan Roem-Royen, dan Konfernsi Meja Bundar.

0 comments:

Posting Komentar

Ebook
GRATIS UNTUK ANDA
Silahkan masukkan data diri anda pada form
di bawah ini
Name:
Email:
"Cek Email anda, jika email konfirmasi tidak masuk ke inbox anda
silahkan cek di folder junk atau spam"
website
indonesiadalamsejarah.blogspot.com