Soekarno-Hatta dalam Dinamika Sosio-Kultural dan Politik
Pada tahun-tahun 1920-an, mulailah bermunculan pemikiran-pemikiran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, meskipun hal ini mesih merupakan cerminan dari sifat kedaerahan dan ideologi mereka sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dengan munculnya organisasi-organisai atau perkumpulan-perkumpulan yang didirikan oleh tokoh-tokoh elit waktu itu, seperti SI (Sarkat Islam), Budi Utomo, Jong Java, Jong Sumateranen Bond dan lain sebagainya. Akhir tahun 1920-an, para pemimpin pergerakan mulai bicara tentang kemerdekaan dan saling berdebat mengenai cara-cara mencapai kemerdekaan. Mereka kemudian mencetuskan ikrar-ikrar nasionalisme yang pertama, penentuan bendera dan lagu kebangsaan, serta memutuskan bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa Indonesia.
Pada masa ini juga, Indonesia melahirkan tokoh-tokoh yang nantinya menjadi pemimpin dan menghantarkan rakyat dan bangsanya mencapai kemerdekaan dan lepas dari penjajahan bangsa lain. Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, Tjokroaminoto dan lain sebagainya yang nantinya akan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Diantara sekian banyak tokoh, ada beberapa tokoh yang memiliki kemampuan lebih dibanding dengan tokoh yang lain, dalam hal ini adalah Soekarno dan Hatta.
Soekarno dan Hatta adalah dua orang tokoh yang berasal dari latar belakang budaya Indonesia yang berbeda, Soekarno asli Jawa dan kental sekali dengan tradisi Jawanya, sedangkan Hatta asli Minagkabau yang juga kental sekali dengan tradisi Minangnya. Semua perbedaan dari kedua tokoh tersebut, akan berdampak pada cara-cara kepemimpinan mereka ketika Soekarno dan Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang nantinya rakyat Indonesia mengenal kepemimpinan Dwitunggal.
0 comments:
Posting Komentar